KesehatanPakpak BharatSumut

RSUD Salak Mampu Bayar Programer Rp.15jt, Namun Stok Obat Kosong

PAKPAK BHARAT,SUARA24.COM- Masih ingat soal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak Pakpak Bharat? Dulu nama RSUD Salak sempat terkenal. Pelayanannya sangat baik dan manajemen pelayanan baik membuat rumah sakit tersebut dikenal. Bahkan sempat RSUD Salak menjadi rujukan kabupaten tetangga.

Namun belakangan nama RSUD Salak mulai meredup. Sejumlah persoalan pun menimpa persoalan di RSUD Salak yang saat ini dipimpin Direktur Utama (Dirut) Elysa Barus.

Informasi dihimpun orbitdigital.com, Selasa (6/10) seorang sumber dari RSUD Salak membeberkan sejumlah persoalan. Salah satunya adalah kekosongan obat. Menurut sumber yang layak dipercaya, kekosongan obat di RSUD Salak itu sudah berlangsung sejak bulan Juli 2020 hingga sekarang.

Sumber menyebutkan persoalan tersebut sudah pernah disampaikan pegawai kepada Dirut RSUD Salak Elysa Barus. Pegawai bahkan menyurati dirut kenapa di RSUD kekosongan obat. Namun kata sumber bukannya dirut menyahuti soal surat pegawai, Elysa menyebut surat pegawai salah alamat.

“Kondisi RSUD Salak memang carut marut. Banyak persoalan di RSUD namun sampai saat ini belum terselesaikan. Salah satunya soal obat kosong. Pegawai memang sudah berulang kali menyampaikan kepada Dirut namun pimpinan RSUD bukannya menyahuti, malam dirut mengatakan surat salah alamat. Makanya pegawai heran kok jawaban dirut tidak nyambung,” kata sumber yang ingin namanya dirahasiakan, Selasa (6/10) di Salak.

Kondisi obat kosong tersebut kata sumber berbanding terbalik dengan gaji karyawan lepas atau programer di RSUD Salak.

Menurut sumber, pihak rumah sakit bahkan sanggup membayar Rp15 juta setiap bulannya. Dan kata dia si programer yang diduga salah satu petinggi RSUD Salak menerima gaji Rp15 juta sejak bulan Januari hingga April.

“Makin parahnya lagi, ada gaji programer mencapai Rp15 juta. Dan sudah dibayar selama 4 bulan. Namun karena ada rekomendasi dari inspektorat si programer tersebut dibayar jadi Rp6 juta. Nah ini menurut kami tidak sesuai. Masa lebih diutamakan programer ketimbang obat. Dan perlu kami jelaskan informasinya sampai sekarang belum dikembalikan,” kata sumber.

Akibat dari persoalan tersebut, sejumlah pegawai dari RSUD Salak telah melaporkan persoalan tersebut kepada Pj Bupati Pakpak Bharat dan sekretaris daerah Sahat Banurea. Dalam surat tersebut, pegawai melayangkan surat mosi tidak percaya kepada Elysa Barus. Ada 10 orang pegawai membubuhkan tanda tangan mosi tidak percaya dalam surat tersebut.

Namun kata sumber hingga sekarang persoalan tersebut belum selesai. Kata sumber sekretaris daerah tidak ada memberikan sanksi. “Kami lihat sanksinya tidak ada. Pelapor pun hanya diminta keterangan. Habis itu kasusnya tidak pernah ketahuan kata sumber,” katanya.

Persoalan di RSUD Salak tersebut belakangan diketahui sejumlah anggota DPRD Pakpak Bharat. Anggota komisi III yang membidangi dinas kesehatan Pakpak Bhatat Hotmauli Malau mengatakan persoalan tersebut jadi bahan perhatiannya.

Hotmauli menegaskan akan memanggil Kepala Dinas Kesehatan dan Dirut RSUD Salak Elya Barus untuk diminta keterangan tentang carut marut di RSUD Salak.

“Iya akan kita panggil. Kita mau mendengar apa yang menjadi persoalan di sana. Kita tidak mau RSUD itu tidak memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Kita mau pelayanan yang ada di rumah sakit baik. Tujuan kita bagaimana supaya rumah sakit bagus,” katanya.

Sementara Dirut Elysa Barus dikonfirmasi melalui whatsappnya soal obat kosong, Ia belum memberikan jawaban.(Vic/Rm).

Tags
Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close